Selasa, 21 Oktober 2014

Bapak Politik Dunia (Si Italia Nicolo Machiavelli)

Tulisan 2 Sosiologi dan Politik

Menyambung pada tulisan sebelumnya, berikut ini adalah tentang bapak politik dunia. Cukup banyak beberapa tokoh di masa lampau yang mampu mengutarakan tentang ilmu politik. Dan salah satu dari antara mereka terdapat seorang pria Italia, yang bisa disebut juga Bapak Politik dunia.

Berikut ini penjelasan tentang tokoh yang memiliki nama Nicolo Machiavelli.

Niccolò Machiavelli (1469-1527)

Niccolò Machiavelli (lahir di Florence, Italia, 3 Mei 1469 – meninggal di Florence, Italia, 21 Juni 1527 pada umur 58 tahun) adalah diplomat dan politikus Italia yang juga seorang filsuf. Sebagai ahli teori, Machiavelli adalah figur utama dalam realitas teori politik, ia sangat disegani di Eropa pada masa Renaisans. Dua bukunya yang terkenal, Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio (Diskursus tentang Livio) dan Il Principe (Sang Pangeran), awalnya ditulis sebagai harapan untuk memperbaiki kondisi pemerintahan di Italia Utara, kemudian menjadi buku umum dalam berpolitik pada masa itu.

Nicolo Machiavelli, adalah tokoh yang diagung-agungkan para politikus yang suka menghasut, licik, dan tidak kenal moral, seta menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kepuasannya. Dari situ, orang-orang politikus yang mempunyai pandangan, pemikiran dan bertingkah yang tidak mengindahkan nilai-nilai moral disebut “ Machiavellism “. Hingga memuculkan paham Machiavellisme berbentuk gerakan politik ataupun gerak perseorangan yang menerapkan ajaran-ajaran Machiavelli itu tidak selaras dengan tujuan Machiavelli itu sendiri. Dengan sebegitu, apakah bias menjawab pertanyan bahwa tuduhan-tuduhan tentang ajaran-ajaran Machiavelli dapat ditentang?

Terdapat tiga pandangan berbeda terhadap Machiavelli dilihat dari karya-karyanya. Pandangan pertama, menyatakan bahwa Machiavelli adalah pengajar kejahatan atau paling tidak mengajarkan immoralism dan amoralism. Pandangan ini dikemukakan oleh Leo Strauss (1957) karena melihat ajaran Machiavelli menghindar dari nilai keadilan, kasih sayang, kearifan, serta cinta, dan lebih cenderung mengajarkan kekejaman, kekerasan, ketakutan, dan penindasan.
Pandangan kedua, merupakan aliran yang lebih moderat dipelopori oleh Benedetto Croce (1925) yang melihat Machiavelli sekadar seorang realis atau pragmatis yang melihat tidak digunakannya etika dalam politik.  
Pandangan ketiga yang dipelopori oleh Ernst Cassirer (1946), yang memahami pemikiran Machiavelli sebagai sesuatu yang ilmiah dan cara berpikir seorang scientist. Dapat disebutkan sebagai “Galileo of politics” dalam membedakan antara fakta politik dan nilai moral (between the facts of political life and the values of moral judgment).

Machiavelli mengatakan, penguasa itu dapat menggunakan sifat-sifat kemanusiannya dan sifat-sifat hewannya. Sifat-sifat manusia seperti: tamak, kejam, tidak dapat dipercaya, pengcut dan lemah dan lain-lain, adalah sifat yang tidak terpuji harus dimiliki oleh seorang penguasa.
Akan tetapi, Machiavelli juga mengakui betapa baik dan terpujinya para penguasa yang jujur, setia, tulus, dan menepati janji. Walaupun fakta yang ada, berbicara bahwa penguasa yang sukses adalah mereka yang mempuyai sifat-sifat yang tidak terpuji.

Salah satu karya Machianelli adalah Il Prince dan juga discorsi (uraian) yang mengandung “nasihat” kepada pangeran Medici, suatu penguasa zaman Italia kuno untuk dapat mempertahankan kekuasaannya dan menciptakan fondasi kuat dalam sebuah Negara ( Republik ). Dalam masa itu sedang terjadi banyak perang saudara yang mengancam keutuhan Italia.
Pada awalnya, Machiavelli sangat merendahkan rakyat kecil. Tapi kemudian ia sadar dan menjadi seorang yang sopan dan santun, rendah hati dan menjunjung tinggi rakyat. ( vox populi, vox dei yang berarti bahwa suara rakyat adalah suara tuhan). Machiavelli berambisi sekali untuk mengembalikan kedaulatan Italia dengan pejuangan yang dilatar belakangi oleh keperkasaan Romawi pada masa lampau. Akan tetapi tujuan Machiavelli yang sebenarnya adalah memantapkan Negara Republik yang kuat dan rakyatnya sendiri yang harus berpartisipasi dalam urusan Negara tersebut. Dengan sebab, kekuatan Negara tidaklah hanya pada kemampunan pemerintah, tapi juga kemampuan dan kekuatan rakyatnya.

 Sumber:

http://wormpamungkas.wordpress.com/2011/10/09/bapak-ilmu-politik/
http://id.wikipedia.org/wiki/Niccol%C3%B2_Machiavelli

Tidak ada komentar:

Posting Komentar